Pengambilan
Keputusan
1. Dasar-dasar pengambilan keputusan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
3. Jenis-jenis pengambilan keputusan
1. Dasar-dasar pengambilan keputusan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
3. Jenis-jenis pengambilan keputusan
Definisi
pengambilan keputusan menurut Siagian adalah suatu pendekatan terhadap hakikat
suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari
alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
Keputusan
adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan
dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan
seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan.
Dapat juga
dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran
yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan
itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan
seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil
keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan
dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin
yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang
demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human
relations.
Setelah
pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan pengertian
tentang pengambilan keputusan. Ada beberapa definisi tentang pengambilan
keputusan, dalam hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan
keputusan, misalnya Terry, definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih ( tindakan pimpinan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan
melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan).
Dari kedua
pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil
dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya
telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan
pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang
ada.
A.
Dasar-Dasar Dalam Mengambil Keputusan
Pengambilan
keputusan harus dilandasi oleh prosedur dan teknik serta didukung oleh
informasi yang tepat (accurate), benar(reliable) dan tepat waktu (timeliness).
Ada beberapa landasan yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang sangat
bergantung dari permasalahan itu sendiri. Menurut George R.Terry dan Brinckloe
disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat
digunakan yaitu :
1. Intuisi
Pengambilan
keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif
sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini
mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
Keuntungan :
a. waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
b. untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan ini akan memberikan kepuasan pada umumnya
c. kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
Kelemahan:
a. Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
b. Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
c. Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
Keuntungan :
a. waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
b. untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan ini akan memberikan kepuasan pada umumnya
c. kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
Kelemahan:
a. Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
b. Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
c. Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
2. Pengalaman
Pengambilan
keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis,
karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat
diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang
yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan
akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi
kini.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan :
a. Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa
b. Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
c. Memiliki daya autentisitas yang tinggi
Kelemahan:
a. Dapat menimbulkan sifat rutinitas
b. Mengasosiasikan dengan praktik diktatorial
c. Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan :
a. Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa
b. Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
c. Memiliki daya autentisitas yang tinggi
Kelemahan:
a. Dapat menimbulkan sifat rutinitas
b. Mengasosiasikan dengan praktik diktatorial
c. Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan
5. Logika
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. kejelasan masalah
b. orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
c.pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
d. preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria
e. hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. kejelasan masalah
b. orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
c.pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
d. preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria
e. hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal
B.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1. Posisi/
kedudukan
Dalam
kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan seseorang dapat dilihat dalam
hal berikut.
a. Letak posisi; dalam hal ini apakah is sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf (staffer).
b. Tingkatan posisi; dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional, operasional, teknis.
a. Letak posisi; dalam hal ini apakah is sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf (staffer).
b. Tingkatan posisi; dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional, operasional, teknis.
2. Masalah
Masalah atau
problem adalah apa yang menjadi peng-halang untuk tercapainya tujuan, yang
merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau
dikehendaki dan harus diselesaikan.
Masalah
dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
a. Masalah terstruktur (well structured problems), yaitu masalah yang logis, dikenal dan mudah diidentifikasi.
b. Masalah tidak terstruktur (ill structured problems), yaitu masalah yang masih baru, tidak biasa, dan informasinya tidak lengkap.
a. Masalah terstruktur (well structured problems), yaitu masalah yang logis, dikenal dan mudah diidentifikasi.
b. Masalah tidak terstruktur (ill structured problems), yaitu masalah yang masih baru, tidak biasa, dan informasinya tidak lengkap.
Dapat pula
dibagi sebagai berikut.
a. Masalah rutin, yaitu masalah yang sifatnya sudah tetap, selalu dijumpai dalam hidup sehari-hari.
b. Masalah insidentil, yaitu masalah yang sifatnya tidak tetap, tidak selalu dijumpai dalam hidup sehari-hari.
a. Masalah rutin, yaitu masalah yang sifatnya sudah tetap, selalu dijumpai dalam hidup sehari-hari.
b. Masalah insidentil, yaitu masalah yang sifatnya tidak tetap, tidak selalu dijumpai dalam hidup sehari-hari.
3. Situasi
Situasi
adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain,
dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa
yang hendak kita perbuat.
Faktor-faktor
itu dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut.
a. Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak berubah-ubah atau tetap keadaanya.
b. Faktor-faktor yang tidak konstan, atau variabel (V), yaitu faktor-faktor yang sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.
a. Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak berubah-ubah atau tetap keadaanya.
b. Faktor-faktor yang tidak konstan, atau variabel (V), yaitu faktor-faktor yang sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.
4. Kondisi
Kondisi
adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya
gerak, daya ber-buat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut
merupakan sumber daya-sumber daya.
5. Tujuan
Tujuan yang
hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan
organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu/ telah ditentukan.
Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau
objective.
Pendapat
lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :
a. Keadaan
interen organisasi
Keadaan
intern organisasi bersangkut paut dengan apa yang ada di dalam organisasi
tersebut. Keadaan intern organisasi antara lain meliputi dana yang tersedia,
keadaan sumber daya manusia, kemampuan karyawan, kelengkapan dari peralatan
organisasi, struktur organisasi.
b. Keadaan
Ekstern Organisasi
Keadaan
ekstern organisasi bersangkut paut dengan apa yang ada di luar organisasi
tersebut. Keadaan ekstern organisasi antara lain meliputi keadaan ekonoriki,
sosial, politik, hukum, budaya, dan sebagainya. Keputusan yang diambil harus
memperhatikan situasi ekonomi, jika keputusan tersebut ada sangkut pautnya
dengan ekonomi. Keputusan yang diambil tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma, undang-undang, hukum yang berlaku dan peraturan-peraturan.
c.
Ketersediaan informasi yang diperlukan
Dalam
pengambilan keputusan, informasi yang diperJukan haruslah lengkap dan memiliki
sifat-sifat tertentu, sehingga keputusan yang dihasilkan dapatlah berkualitas
dan baik.
d.
Kepribadian dan kecapakan pengambil keputusan
Kepribadian
dan kecakapan dari pengambil keputusan meliputi: penilaiannya, kebutuhannya,
intelegensinya, keterampilannya, kapasitasnya, dan sebagainya. Nilai-nilai
kepribadian dan kecakapan ini turut juga mewarnai tepat_ tidaknya keputusan
yang diambil. Jika pengambil keputusan memiliki kepribadian dan kecakapan yang
kurang, maka keputusan yang diambil juga akan kurang, demikian pula sebaliknya.
C.
Jenis-Jenis Pengambilan keputusan
Pada
dasarnya jenis pengambilan keputusan di bagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Keputusan
terprogram
Keputusan
terprogram adalah suatuberkaitan dengan persoalan yang sudahdiketahui
sebelumnya, keputusan ini menggunakan teknik dan standar tertentu dalam
menangani urusan rutin dan dapat diprogram secara otomatis.Keputusan
terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pada manjemen tingkat bawah.
Contoh: keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang, dan lain-lain.
Contoh: keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang, dan lain-lain.
b. Keputusan
tidak terprogram
Keputusan
tidak terprogram adalah persoalan baru (tidak diketahui sebelumnya), parameter
rumit (tidak tersedia), mengandalkan intuisidan pengalaman, tidak melibatkan
permasalahan rutin yang memerlukan solusi secara rinci pada situasi yangada.
Keputusan
yangtidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini
terjadi di manajemen tingkat atas.Informasi untuk pengambilan keputusan tidak
terstruktur tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya
berasal dari lingkungan luar.
Contoh :
Pengalaman manajer merupakan hal yang sangat penting didalam pengambilan
keputusan tidak terprogram. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain
adalah keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.
Sumber
:
http://sering-headache.blogspot.com/2013/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
http://selalucintaindonesia.wordpress.com/2012/04/11/jenis-pengambilan-keputusan/
A. Pengertian
Kepemimpinan orang tua terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan dan orang tua. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan masing-masing istilah tersebut akan digabung menjadi satu kesatuan.
A.1. Kepemimpinan
Buku psikologi sosial dijelaskan bahwa : “Kepemimpinan adalah keseluruhan dari keterampilan (skill) dan sikap (attitude) yang diperlukan oleh tugas pemimpin” (Gerungan, 1991:128). Sedangkan menurut Oday Tead seperti yang dikutip oleh Cahyono dalam buku Psikologi Kepemimpinan dijelaskan bahwa : “Kepemimpinan adalah merupakan kombinasi dari serangkaian perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong orang lain untuk menjelaskan tugas-tugas tertentu” (Cahyono, 1984:14) dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah keseluruhan dari keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh tugas perihal pemimpin atau arah memimpin yang merupakan kombinasi dari serangkaian perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong orang lain untuk menjalankan tugas-tugas tertentu.
(Dr. Kartini Kartono, 1979) Kepemimpinan ialah suatu bentuk dominasi yang didasari kemampuan pribadi yang mampu, sanggup mendorong atau mengajak orang berbuat sesuatu.
A.2. Orang Tua
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan yang dimaksud dengan orang tua adalah : “orang tua adalah ayah, ibu kandung, dam orang-orang yang dianggap tua” (Krisdalaksana, dkk, 706). Ahli lain mengatakan dalam bukunya Bimbingan keluarga dijelaskan bahwa “Orang tua adalah bapak/ibu yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya” (Kartono, 1998:2). Dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya.
B. Timbulnya Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sentral dalam suatu kelompok, apakah kelompok dalam organisasi, partai, instansi maupun rumah tangga. Dalam suatu kelompok tersebut masing-masing individu memainkan perna masing-masing dan disinilah diperlukan suatu kepemimpinan yang dapat mengaturnya agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Sehubungan dengan hal ini dalam buku psikologi kepemimpinan dijelaskan bahwa : “Kepemimpinan timbul disebabkan olehtiga hal yaitu :
(a) Pemimpin dan pemekeran kelompok, (b) pemimpin dan krisis dan (c) pemimpin dan kegagalan pemimpin” (Cahyono, 1984 : 25- 27).
Pendapat tersebut di atas, maka kepemimpinan timbul karena adanya tiga hal yaitu pemimpin dan pemekaran kelompok, pemimpin dan krisis, dan pemimpin dan kegagalan pemimpin. Untuk lebih jelasnya berikut ini, akan dijelaskan secara singkat.
B.1 Pemimpin dan Pemekaran Kelompok
Manakala suatu kelompok berkembang menjadi lebih besar, lebih luas dan lebih kompleks, pada saat itulah ikut berkembang pula suatu kepemimpinan. Hal yang demikian bisa dimengerti mengingat dengan semakin luas dan kompelsnya sesuatu kelompok bisa jadi berakibat pula dengan semakin banyaknya fungsi dan tujuan dari kelompok bisa jadi berakibat pula dengan semakin sehubungan dengan hal ini, dalam Buku Psikologis Kepemimpinan dijelaskan bahwa “Dalam kondisi yang demikian, pemimpin utama (primary leader) akan menempati puncak hirarki, disusul dengan pemimpin-pemimpin tingkat kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Sementara para bawahan sudah barang tentu akan menempati posisi lapisan terbawah dari hirarki tersebut “(Cahyono, 1984 : 25). Selanjutnya dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa : “Munculnya seseorang pemimpin merupakan hasil dari suatu proses yang dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok tersebut” (Ahmadi. 1998 : 142).
Pengembangan hirarki semacam itu sekaligus adanya proses yang dinamis menghendaki adanya pendelegasian atau pemencaran peran kepemimpinan dan pergeseran kondisi demikian akan menjadi lebih kompleks dan otomatis memerlukan sejumlah pemimpin serta sekaligus menciptakan satu kondisi bagi munculnya sejumlah pemimpin.
B.2 Pemimpin dan Krisis
Buku Psikologi Kepemimpinan dijelaskan bahwa :
Timbulnya kepemimpinan bisa juga disebabkan oleh suatu situasi dimana upaya pencapaian tujuan kelompok mengalami hambatan, atau situasi dimana eksistensi kelompok menghadapi ancaman-ancaman yang serius dari luar. Dalam situasi semacam ini, tidak jarang sebagian besar anggota kelompok tidak mengetahui langkah-langkah apa yang sebaiknya diambil untuk mewujudkan tujuan kelompok, atau untuk membebaskan kelompok dari ancaman-ancaman tersebut (Cahyono, 1984 : 26).
Selanjutnya dalam buku Manajemen Kepemimpinan dijelaskan pula bahwa :”Ancaman yang dihadapi kelompok serta kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan tugas (krisis) kelompok tidak saja berpengaruh terhadap timbulnya kepemimpinan, akan tetapi berpengaruh pula pendistribusian kepemimpinan” (Aziz, 1997 : 31). Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa :” Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukan dalam keadaan-keadaan dimana tujuan dari pada kelompok sosial yang bersangkutan terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman-ancaman dari luar” (Ahmadi, 1998 : 142).
Pendapat di atas, menunjukkan bahwa dalam situasi yang krisis terutama pada kepemimpinan yang berorientasi kepada kekuatan semata-mata tampaknya menjadi satu alternatif yang yang sulit untuk ditolak munculnya kemimpinan. Karena sering dilihat bahwa pemimpin yang diktator umumnya muncul dalam situasi krisis yang menuntut perubahan-perubahan yang mendadak.
B.3 Pemimpin dan kegagalan pemimpin
Pemimpin-pemimpin baru bisa juga akan muncul manakala pemimpin sebelumnya tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinannya secara memadai. Sehubungan dengan hal ini, menurut W.H Crockett seperti yang dikutip oleh Cahyono dalam bukunya Psokologi Kepemimpinan dijelaskan bahwa:
Dari hasil penelitian membuktikan bahwa sebanyak 83% dari kelompok -kelompok dengan memimpinan formalnya tidak mampu memenuhi kewajiban melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan kepemimpinan, ternyata tugas atau fungsi kepemimpinannya diambil oleh anggota kelompok lainnya, dan sebagai perbandingan hanya 39% dari kelompok-kelompok dengan pemimpinan formalnya bisa melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinannya secara efektif yang ternyata memunculkan pemimpin-pemimpin yang baru (Cahyono, 1984: 27-28)
Selanjutnya dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa:
Kepemimpinan merupakan hasil dari pada organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika dari pada interaksi sosial. Sejak mula kala terbentuknya suatu kelompok sosial seseorang atau beberapa orang diantara warga-warganya melakukan peran yang lebih aktif dari pada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dai lain-lainnya. Itulah asal mulanya timbul kepemimpinan yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang kurang stabil (Ahmadi, 1998 : 141-142).
Dengan demikian, diperoleh suatu indikasi bahwa disaat para pemimpin tidak mampu melaksanakan fungsinya secara efektif dan adanya struktur sosial yang kurang stabil, maka pemimpin lain akan muncul menggantikannya.
C. Tipe dan Ciri-Ciri Kepemimpinan Orang Tua
C.1. Tipe kepemimpinan orang tua
Setiap orang tua dalam suatu keluarga memiliki tipe kepemimpinan yang berbeda-beda, ada orang tua cenderung otoriter, ada orang tua yang penuh dengan kompromi dengan anak-anaknya (demokratis) dan ada pula orang tua cenderung memberikan kebebasan pada anak-anaknya. Sehubungan dengan hal ini, dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa : “Ada tiga bentuk cara dalam memimpin yaitu (a) Otoriter, (b) Demokratis dan (c) Laisez Faire” (Gerungan , 1991 : 131). Sementara itu dalam buku Psikologi Perkembangan Mengetumakan Segi-Segi Perkembangan dijelaskan ulang bahwa : “Ada tiga cara didikan yaitu (a) otoriter, (b) Demokratis dan (c) Laisez Faire/Laisez Passer (Soeitoe, 1982 : 39).
Selanjutnya dalam buku Perkembangan Peserta Didik dijelaskan bahwa : “Ada tiga pola kepemimpinan yaitu : (a) Otoriter, (b) Demokratis dan (c) Liberal” (Sunarto dan Hartono, 2002 : 194).
Pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga tipe kepemimpinan orang tua dalam suatu keluarga yaitu otoriter, demokratis dan liberal.
C.2. Ciri masing kepemimpinan orang tua
Berikut ini akan diuraikan secara singkat ciri masing-masing cara kepemimpinan orang tua tersebut yaitu sebagai berikut :
C.2.1. Ciri kepemimpinan orang tua yang otoriter
Buku Menuju Keluarga Sakinah dijelaskan bahwa “Ciri kepemimpinan yang otoriter adalah (a) Menuntut kepatuhan mutlak anak, (b) Pengawasan ketat terhadap anak dalam segala kegiatannya, (c) Memperhatikan hal-hal yang spele dan (d) Banyak mengeritik anak” (salam, 2000 : 81). Selanjutnya dalam buku Psikologi Pendidikan Mengutamakan Segi-segi Perkembangan dijelaskan bahwa : “Ciri kepemimpinan yang otoriter adalah (a) Semua halo ditentukan oleh gurunya (orang tuanya), (b) Tiap langkahnya ditentukan oleh pemimpin (orang tua), (c) Pemimpin membagikan tugas, (d) Pemimpin memuji atau memberikan kritik secara pribadi, dia bersikap tanpa menghiraukan” (Soetoe, 1982 : 39). Pendapat di atas, menunjukkan bahwa kepemimpinan yang otoriter orang tua terlalu menuntut kepathan, ketaatan dan banyak memberikan kritikan-kritikan kepada anak-anaknya walaupun hal-hal yang sepele dan bahkan juga orang tua suka bertindak kejam tanpa menghiraukan anak-anaknya.
C.2.2. Ciri kepemimpinan orang tua yang demokratis
Kepemimpinan orang tua yang demokratis ini, orang tua lebih banyak menyelesaikan sesuatu dengan jalan damai, penuh dengan kasih sayang, selalu memebrikan nasehat dan dorongan pada anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang ahli dalam Psikologi Endidikan Mengutamakan Segi-segi Perkembangan dijelaskan bahwa :
Ciri kepemimpinan yang demokratis adalah (a) Semua diputuskan secara bersama, (b) Aktivitas dilakukan bersama-sama pada permulaan, pola aktivitas selanjutnya telah digariskan apabila diperlukan bantuan, orang tua bertindak dengan memberikan beberapa alterlatif, (c) Tiap anggota keluarga bebas memilih dan pembagian tugas dilakukan melalui perundingan dan (d) Pemimpin bersikap obyektif, adil dalam teguran dan pujian, berusaha mengenai anggotanya (Soetoe, 1982 : 39).
Disamping itu dalam buku Menuju Keluarga Sakinah yang mengatakan bahwa : “Ciri kepemimpinan yang demokratis adalah (a) Menunjukkan perhatian dan kasih sayang, (b) Berperan serta dalam kegiatan anak, (c) Perhatian terhadap prestasi sekolah anak, (d) Persaya pada anak, (e) Tidak terlalu banyak mengharapkan dari anak dan (e) Memberi dorongan dan nasehat kebijaksanaan pada anak” (Salman, 2000 : 80-81).
C.2.3. Ciri kepemimpinan orang tua yang liberal (laisez faire)
Dalam buku Psikologi Perkembangan Mengutamakan segi-segi perkembangan dijelaskan bahwa :
Ciri kepemimpinan yang laisez faire/laisez passer adalah (a) Kebebasan penuh tiap-tiap anggota kelompok, (b) Memberikan penerangan (nasehat) bila diminta, (c) Pemimpin tidak turut campur sama sekali, (d) Pemimpin tidak memberikan komentar atas aktivitas kelompok atau anggota kelompok, kecuali diminta dan tidak berusaha mencampuri hal-hal yang terjadi” (Soeitoe, 1982 : 39)>
Buku Menuju Keluarga Sakinah dijelaskan pula bahwa “Ciri kepemimpinan yang liberal adalah (a) Tidak dapat mengendalikan anaknya, (b) Disiplin lemah dan tidak konsisten, (c) Anak dibiarkan tidak mengikuti aturan-aturan di rumah dan (d) Anak dibiarkan mendominir orang tua” (Salam, 2000 : 81). Dari pendapat ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang liberal (Laisez faire/laisez passer) ini otoriter pemimpin (orang tua) lebih banyak bersifat pasif dan memberikan kebebasan kepada anggota kelompok (anak-anaknya) untuk melakukan aktivitas sesuai dengan keinginannya.
sumber : https://fahyu7.wordpress.com/2014/02/06/kepemimpinan-orang-tua-dalam-keluarga-dengan-pembentukan-kematangan-diri-siswa-smp-bab-ii/